Di salah satu kampus yang terkemuka di negeri tempat terbitnya matahari ini, dibangunlah sebuah kisah fragmen romantika di zaman yang lelah untuk beretika, menjauh dari nilai agama dan norma budaya, dan gempuran tak habis-habis dari contoh pergaulan bebas tanpa marka. Tokoh-tokohnya mencoba bertahan dari serbuan peradaban dengan memilih kembali pada koridor islam dalam jatuh cinta dan lantas kelak berumah tangga.
Novel ini meniupkan ruh persahabatan, kekonyolan, percintaan, godaan dan keteguhan prinsip. Alur ceritanya mengalir sesegar sungai-sungai di ngarai gunung Gede-Pangrango, dialognya menyimpan begitu banyak kelucuan yang romantis dan juga tidak biasa. Situasi Taaruf pun dibuat senyaman mungkin bagi orang-orang yang menjalaninya karena diawasi oleh sebuah konsensus tidak resmi yang diberi nama Guardian of the Taaruf. Anggotanya terdiri dari sahabat-sahabat yang begitu peduli terhadap kekokohan keyakinan dari tokoh-tokoh utama yang sedang berusaha keras menjalankan Taaruf